CHAPTER 1:
OCIT DAN ANGGA
OCIT DAN ANGGA
Buuum!
Angga yang tengah memandikan sepeda motor Tiger-nya tersentak kaget mendengar suara itu. Tanpa mencuci tangannya yang penuh busa shampo, ia berlari kencang ke kamarnya.
"Ociiiit!" Terdengar lengkingan Angga dari kamarnya.
Mama yang sedang membaca di ruang tamu menoleh heran.
Di dalam kamar, tepatya di samping buku-buku yang berserakan, Ocit tertunduk gemetar.
"Aku sudah bilang, jangan masuk ke sini!" omel Angga dengan suara menggelegar.
Ocit semakin gemetar. "So-sor-sori! Ocit nggak se-seng...."
"Nggak sengaja, nggak sengaja!" potong Angga ketus. "Ngapain kamu di sini?" tanyanya galak.
"Ocit cuma mau minjem...."
"Minjem, minjem!" sela Angga lagi, tidak memberi kesempatan pada Ocit. "Minjem apa nyolong?" Angga melotot.
"Minjem," jawab Ocit hampir menangis.
"Minjem tapi nggak bilang-bilang?! Mana berantakin kamar lagi!"
"Ocit beresin, deh...."
"Nggak usah!" sergah Angga tambah melotot. "Kamu keluar saja. Cepat!" usirnya seraya membuka pintu lebar-lebar.
Ocit melangkah pelan. "Tapi...." protesnya takut-takut.
"Apa tapi-tapi?!" Angga memasang tampang kejam.
Ocit berlari keluar dan duduk di samping Mama. Ia menyembunyikan wajahnya di belakang Mama.
Angga membanting pintu kamarnya dan berjalan keluar dengan mata yang masih terus melotot pada Ocit.
"Awas kalau berani masuk lagi!" ancamnya.
"Angga," lerai Mama sambil mengelus rambut Ocit.
"Dia yang salah, Ma. Masa kamar Angga diberantakin. Buku-buku pada jatuh semua," adu Angga.
"Kan Ocit cuma mau minjem buku," bela Ocit.
"Minjem apa nyolong?! Nggak minta izin dulu!" Angga mendekati Ocit yang segera bersembunyi kembali di belakang Mama.
Ocit seperti tikus yang hanya menongolkan sedikit kepalanya untuk menengok.
"Awas kamu kalau berani masuk lagi!" Angga mengacungkan telunjuknya yang tertutup busa pada Ocit yang cemberut.
"Angga!" tegur Mama.
Angga mencibir. "Dasar anak manja!"
Angga yang tengah memandikan sepeda motor Tiger-nya tersentak kaget mendengar suara itu. Tanpa mencuci tangannya yang penuh busa shampo, ia berlari kencang ke kamarnya.
"Ociiiit!" Terdengar lengkingan Angga dari kamarnya.
Mama yang sedang membaca di ruang tamu menoleh heran.
Di dalam kamar, tepatya di samping buku-buku yang berserakan, Ocit tertunduk gemetar.
"Aku sudah bilang, jangan masuk ke sini!" omel Angga dengan suara menggelegar.
Ocit semakin gemetar. "So-sor-sori! Ocit nggak se-seng...."
"Nggak sengaja, nggak sengaja!" potong Angga ketus. "Ngapain kamu di sini?" tanyanya galak.
"Ocit cuma mau minjem...."
"Minjem, minjem!" sela Angga lagi, tidak memberi kesempatan pada Ocit. "Minjem apa nyolong?" Angga melotot.
"Minjem," jawab Ocit hampir menangis.
"Minjem tapi nggak bilang-bilang?! Mana berantakin kamar lagi!"
"Ocit beresin, deh...."
"Nggak usah!" sergah Angga tambah melotot. "Kamu keluar saja. Cepat!" usirnya seraya membuka pintu lebar-lebar.
Ocit melangkah pelan. "Tapi...." protesnya takut-takut.
"Apa tapi-tapi?!" Angga memasang tampang kejam.
Ocit berlari keluar dan duduk di samping Mama. Ia menyembunyikan wajahnya di belakang Mama.
Angga membanting pintu kamarnya dan berjalan keluar dengan mata yang masih terus melotot pada Ocit.
"Awas kalau berani masuk lagi!" ancamnya.
"Angga," lerai Mama sambil mengelus rambut Ocit.
"Dia yang salah, Ma. Masa kamar Angga diberantakin. Buku-buku pada jatuh semua," adu Angga.
"Kan Ocit cuma mau minjem buku," bela Ocit.
"Minjem apa nyolong?! Nggak minta izin dulu!" Angga mendekati Ocit yang segera bersembunyi kembali di belakang Mama.
Ocit seperti tikus yang hanya menongolkan sedikit kepalanya untuk menengok.
"Awas kamu kalau berani masuk lagi!" Angga mengacungkan telunjuknya yang tertutup busa pada Ocit yang cemberut.
"Angga!" tegur Mama.
Angga mencibir. "Dasar anak manja!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar