puisi

  Aku Mencintai untuk Selamanya
   • Atika Dian Pitaloka

Sudah lama tebar bunga tak sampai pada raja,
karena angin tak pernah jua sampaikannya
melalui semilir dingin angin lembut
pada segarnya wangi tanah di pelataran pagi.

Sudah lama pula tetes hujan
tak jatuh pada dua keping hati
yang berpadu indah
di dalam katupan mati kerang pantai pasir putih.
Karena kegersangan yang dahulu merambah
denyut jantung bumi
yang makin tua dalam kesendirian.

Sudah lama pula tak kulihat
rona hati yang merona
membuncahkan rasa cinta
yang menyeruak indah,
menghujani bumi
dengan senyum dan tajam tatap matanya.
Karena telah lama batin mengeras
memunculkan segala ego
yang bergumul dalam asa.

Tuhan,
aku mencintainya hari ini,
Tuhan,
aku mencintainya esok hari,
dan Tuhan,
aku mencintai dia
untuk selama-lamanya.

  Suatu Hari Nanti
   • Atika Dian Pitaloka

Suatu hari nanti,
aku akan memiliki malam-malammu.
Saat ku terjaga di gelapnya penghujung malam,
ada kau dalam horison pandangku.
Tertidur dengan senyum menghias
keteduhan cintamu.
Saat itu,
kau akan berada dalam dekapku.
Dan aku tak akan pernah
merenggangkan pelukanku.
Karena begitu takutnya kehilangan dirimu.
Dan aku akan berbisik lembut di telingamu,
"Kasih, hujan cintaku padamu takkan pernah reda."
Lalu ku kecup keningmu,
dan membiarkanmu merengkuhku makin dalam,
ke dalam cinta.

 Izinkan Aku Mencintaimu
   • Atika Dian Pitaloka

Izinkan aku mencintaimu sekali saja,
saat langit masih gelap,
dan tak ada suara kehidupan.
Hanya detak jantungku yang memecah kesunyian.

Kasih,
telaga harap pun tahu hasrat terdalamku.
Dan hatiku elok memanggil namamu
saat di penghujung senja,
dan waktu malam dengan penuh kerlip gemintang
digelar di pelataran kehidupan kita.

Maka izinkan aku menyayangimu,
membelaimu,
mengisi kekosongan jiwa dan hatimu
yang tak pernah tersentuh keagungan cinta.

Ku telah melabuhkan rasa ini hanya untukmu,
maka izinkan aku mencintaimu sekali saja,
sekali untuk selamanya.


  Harapku Cinta
   • Atika Dian Pitaloka

Aku harap...
Kita dapat berjalan bersama
walau di bawah hujan dan badai salju yang lebat.
Tetap melangkah walau angin menerbangkan kita
layaknya anai-anai yang terserak,
tetap bisa bernafas
walau udara telah kering tanpa kelembaban.

Ku berkhayal,
betapa indahnya berjalan bersamamu
tanpa alas kaki pada rerumputan hijau
yang basah karena embun.
Betapa nikmatnya tetes hujan
yang turun pada pelataran kita.
Menyeruakkan aroma kesegaran
akan optimisme dan pengharapan.
Melepas segala penat yang telah kita lalui
sepanjang langkah kita mengayun.

Hari itu,
kita akan melepaskan segala keletihan
akan perjalanan panjang yang kita lalui,
hingga kita menemukan
: Hari ini.


  Kontemplasi
   • Ahmad Arafat A.

Di langit kutanya, mana pintu-Mu?
Di angin kuhela, mana lagu-Mu?
Di Surya kupandang, mencari cahya-Mu
Di Bumi kupijak, mencari jejak-Mu
Ingin kukecapi
: selaksa layang kasih-Mu
Ingin kugenggami
: semburat Panji Agung-Mu
Duhai hari,
kemanakah engkau pergi?
Duhai hati,
kepada siapa engkau kembali?
/
Aku adalah sepercik embun pagi
yang mendekami hijaunya bumi
dan akan jatuh ke tanah hakiki
lalu kembali ke awan abadi
Aku hanyalah setitik cah'ya lentera
yang merajang terangnya purnama
walaupun ternyata,
ku kan sirna tiada berjaya
Aku ialah yang tak berdaya
didera gelombang badai cinta
terhempas tajamnya duri cita
bertahan pada sepokok asa
Aku hanyalah pengelana
yang terasing juga terbuang
berjalan di belukar nan menghadang
mengarungi samud'ra hidup penuh gelombang
\
Ku berlari mengejar mentari
berkeliling di belantara mati
berteduh di pojok ilusi
berlindung di balik mimpi
Oh... bilakah sayapku tumbuh
agar ia membawaku pada masa itu
dimana warna tiada berbilang
dan rasa menjadi gelora?
Sehingga ku 'kan tenteram kini
berjalan di teriknya bayang Mentari
dinaungi awan pembasuh nurani
di kaki Langit, berkawan Pelangi


Sekantong Penuh Cinta Hari Ini
   • Vina Sianipar

Aku hanya punya cinta.
Sekantong penuh cinta pada hari ini.
Kadang lihat sendu
ingin kubagi dua jatah cinta hari ini.
Biar sendu rasakan setengahnya cinta.
Aku hanya punya cinta.
Kukumpulkan dari tiap hempasan
nafas tak sengajamu.
Sekantong penuh cinta pada hari ini.
Kubaringkan lelahku di dadamu.
Lalu, sesaat kusadar ada lubang di situ.
Mungkin luka.
Bekas luka lama.
Hitung-hitunganku bekerja keras.
Kurasa cukup sekantong cinta ini
'tuk tambal luka itu.
Ini, kuberikan padamu saja.
Sekantong cinta.
Tidak kubagi dua.
Sekantong penuh.
Besok mungkin bukan nafasmu,
tapi keringatmu yang akan berikan aku.
Sekantong penuh cinta lagi.
Tenang saja, cinta tak akan habis....


 Kau
   • Reni Erina

Kumohon, bersabarlah
Pada gerah sengat
Yang bakar gelisahmu
�tau
Pada ujung beku yang gigiti sanubarimu
Akan bukit cinta kita
Yang meranggas karenanya
Tunggulah,
Gerimis 'kan turun basahi
Atau titik embun satu-satu 'kan lumuri dahagamu
Meski harus menunggu kerontang berlalu
Kutahu kau 'kan setia
Arungi angkara itu buatku
Lewati kesakitan dengan tulusmu
Bersabarlah,
Mohonku dengan kedua lututku
Kau begitu berarti buatku


  Perempuan Bernama Kelana
   • Atiek Soewadji

Lembut jiwa
bukan arti dari kelemahan
Jernih hati dan pikiran
selalu seperti gaun yang tak teraba
Kata yang terucap
seharum melati putih
Menjalani hidup mengikuti angin pagi
yang akan kembali pada kodrat Ilahi
Saat memandang terhenti pada si Tampan
Kelana Jatuh dalam pelukan
Terlena oleh sentuhan
Si Tampan hanya mengambil
sari manis dari Kelana
Ditinggal dan dicampakan
Hati yang hancur tak membuat mundur
Kelana tak ingin terlena oleh sedih
Perempuan bernama Kelana
bukan mainan laki-laki